Kamis, 24 Mei 2012

"Toilet Terbang" vs "Toilet Pasang Surut"


Membaca artikel  VOA Indonesia tanggal 23 Mei 2012 yang berjudul Sarana Sanitasi Praktis untuk Buang Air di Wilayah Kumuh melemparkan gue pada memori gue pas KKN. Di Kibera ada “toilet terbang” maka di KKN gue ada “toilet pasang surut”.
Ceritanya sih gak jauh-jauh dari sarana sanitasi. Waktu gue rapat sama teman-teman, kormasit gue bilang dengan santainya “disana nanti  kamar mandinya terbuka bahkan bisa aja gak ada”. Deeggghhh. Dalam hati gue, gue pengen langsung cabut gak jadi gabung KKN mereka. Bagi gue, kamar mandi adalah daerah privasi yang gak bisa disepelekan. Tetapi, gara-gara itu pula gue jadi punya pengalaman yang tidak terlupakan. Nah looo..
KKN gue berada di salah satu desa di Kabupaten Lombok Timur. Mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai nelayan. Desa ini letaknya strategis karena setiap kendaraan pasti melewati desa ini jika akan menyeberang ke Sumbawa. Sayangnya, masih banyak hal yang kurang  mendapat perhatian dari pemerintah, salah satunya mengenai masalah sanitasi.
Setiap hari ketika kita berjalan di sepanjang pantai tempat dimana ditambatkannya kapal-kapal nelayan, kita akan disuguhkan dengan panorama yang indah, yaitu gunung Rinjani. Pada pagi hari, dengan kabut yang masih tebal menyelubungi gunung, udara yang masih segar, dan matahari yang mengintip malu-malu menjadikan suasana pedesaan yang berlatar balakang gunung Rinjani memberikan kenangan tersendiri buat gue.
Tapi, sayangnya kenangan itu akan sirna ketika gue mengingat masalah sanitasi yang ada disana. Masyarakat disana jika mereka akan buang air kecil dan besar, tempat yang mereka tuju bukan wc melainkan laut, tepatnya di tempat kapal-kapal ditambatkan. Jika teman-teman beruntung, kalian bisa menjumpai masyarakat yang sedang membuang limbah kotorannya disana, mulai dari anak kecil, orang dewasa, hingga lansia. Pemandangan seperti itu wajar disana, karena kebanyakan mereka tidak memiliki wc.

Sanitasi di Indonesia
            Pengertian sanitasi sendiri dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan sebagai usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan masyarakat. Masalah sanitasi tidak hanya ada di desa tempat gue mengabdi, beberapa daerah di Indonesia memiliki masalah sanitasi yang hampir sama. Indonesia merupakan negara yang memiliki sistem sanitasi terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar, kata Sekretaris Koordinator Indonesian Sanitation Sector Development Program (ISSDP), Nugroho Tri Utomo. Dalam kurun 30 tahun terakhir ini pemerintah Indonesia hanya menyediakan dana sekitar 820 juta Dolar AS untuk sektor sanitasi dan artinya hanya Rp200,- per tahun untuk setiap penduduk.1
Dijelaskan Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto, saat ini kota-kota di Indonesia masih belum memiliki fasilitas sanitasi yang memadai. Ia mencontohkan untuk fasilitas sanitasi dalam bentuk sistem pengolahan air terpusat atau off site sanitation yang hanya berada di 11 kota dengan cakupan pelayanan hanya 2,33%.  Sedangkan untuk pengelolaan air limbah setempat atau on site sanitation masih mendominasi sistem sanitasi di Indonesia yaitu 71,06% yang umumnya hanya dalam bentuk septik tank yang belum semuanya memenuhi standar.

Kerugian dari Sanitasi yang Buruk
Kesehatan
Tempat kejadian
            Waktu gue KKN, gue sempat ikut salah satu nelayan untuk ambil ikan di kapalnya. Pada waktu itu, gue gak berpikir panjang dalam pikiran gue yang terbersit adalah gue sedang mengabdi untuk negara. Ceilee bahasanya… Untuk bisa mencapai kapalnya, gue mesti melewati daerah dimana bertebaran kotoran-kotoran manusia, jadi mau tidak mau gue mesti menginjak kotoran manusia untuk mencapai kapalnya. Hadeuuuhhh…Kalau di Kibera ada "toilet terbang" yang praktis dibawa kemana-mana, maka di tempat KKN gue ada "toilet pasang surut". Gue sebut "toilet pasang surut" karena toilet ini berfungsi ketika airnya pasang dan surut. Nah bingungkan? Jadi ketika airnya surut toilet ini baru bisa digunakan dan gak perlu di siram selayaknya toilet pada umumnya, tinggal nunggu arus laut pasang, nanti kotorannya ngikut deh. Masalahnya adalah jika kotorannya tersebut tidak terbawa arus dan malah ngambang. Uupss...
            Apa yang gue lakukan pas KKN, sebaiknya tidak untuk ditiru oleh kalian. Walaupun temanya adalah pengabdian, kita gak boleh membahayakan diri sendiri. Menginjak kotoran manusia atau tinja bisa membahayakan kesehatan kita. Tinja mengandung mikroba, sebagian diantaranya tergolong sebagai mikroba patogen, seperti bakteri salmonela typhi penyebab tifus, bakteri vibrio cholerae penyebab kolera, virus penyebab hepatitis A, dan virus penyebab polio, tinja mengandung puluhan miliar mikroba termasuk bakteri koli-tinja.
Selain itu pula, tinja mengandung materi organik sebagian yang merupakan sisa dan ampas makanan yang tidak tercerna, ia dapat membentuk karbohidrat, dapat pula berupa protein, enzim, lemak, mikroba, dan sel-sel mati. Satu liter tinja mengandung materi organik yang setara dengan 200-300 mg BOD5. Kandungan tinja akan semakin buruk, apabila ada yang cacingan. Beragam cacing dapat dijumpai, seperti cacing kremi, cacing cambuk, cacing tambang, serta cacing gelang. Satu gram tinja berisi ribuan telur cacing yang siap berkembang biak di perut seseorang. Kandungan lain tinja adalah nutrien, umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan senyawa fosfor (P) yang dibawa sisai-sisa protien dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk solfat, satu liter tinja manusia mengandung amonium sekitar 25 mg dan fosfat seberat 30 mg.
Kata Menteri Pekerjaan Umum  Djoko Kirmanto, Indonesia setiap tahunnya mengalami kerugian ekonomi mencapai Rp 58 triliun akibat sanitasi yang buruk. Hal ini terkait produktivitas masyarakat yang terganggu karena kerap jatuh sakit gara-gara sanitasi yang buruk. Ketika gue harus menginjak tinja untuk mencapai kapal, gue kurang memperhatikan akibat yang bisa timbul. Tetapi, setelah itu gue buru-buru mandi dan mencuci pakaian yang gue pakai. Paling nggak mandi udah yang gue lakukan bisa mencegah bersarangnya kuman di badan gue waktu itu.

Pariwisata
Sanitasi yang buruk juga berdampak terhadap pariwisata di Indonesia. Sebuah survei/studi dilakukan oleh Bank Dunia akhir tahun 2011 lalu untuk melihat bagaimana pandangan wisatawan mancanegara terhadap kondisi sanitasi di Indonesia. Sebanyak 144 wisatawan liburan dan 110 pengunjung bisnis diwawancarai di Bandara Soekarno-Hatta Bandara  sebelum mereka meninggalkan Indonesia. Survei ini pun menemukan hal yang menjadi kepedulian wisatawan mancanegara. Ada empat hal yang sangat mereka pedulikan yakni makanan, air minum, toilet yang tidak sehat, dan kualitas air kran.
 Sebagian besar responden mengatakan bahwa mereka bersedia untuk kembali ke Indonesia (85 persen), sementara hanya 3 persen mengatakan mereka tidak akan kembali, dan 13 persen tidak yakin tentang hal itu. Mayoritas te responden mengatakan mereka akan menyarankan teman-teman untuk datang (74 persen), sementara yang lain mengatakan mereka tidak akan menyarankan teman-teman untuk datang (9 persen), dan 16 persen tidak yakin tentang hal ini. Ketika mereka ditanya alasan keragu-raguan mereka untuk kembali ke Indonesia, hampir 50 persen dari pengunjung disebutkan kondisi sanitasi sebagai faktor utama, diikuti oleh keamanan dan biaya.
Kerugian yang terjadi karena sanitasi buruk tidak hanya kesehatan dan pariwisata, melainkan masih banyak hal lainnya. Mungkin teman-teman yang membaca bisa menambahkan.

Upaya Sederhana yang Kami Lakukan
        Di desa tempat kami KKN, kami tidak berinovasi seperti di Kibera dengan peepoo-nya.  Peepoo, sebuah kantung tipis yang terbuat dari plastik yang dapat terurai dan dilengkapi semacam corong, sebagai solusi sanitasi praktis ciptaan Camilla Wirseen dan Anders Wilhelmson.
          Apa yang kami lakukan adalah berupaya mengubah cara pandang masyarakat agar buang air besar pada tempatnya. Salah satu anak SD yang bermain di rumah pondokan KKN kami, pernah mengatakan bahwa dia merasa tidak nyaman menggunakan wc, dia lebih memilih untuk BAB di laut. Kami tidak langsung melarang apa yang mereka lakukan karena itu sudah merupakan kebiasaan mereka.  
Cara sederhana yang kami lakukan adalah memberikan penyuluhan pada anak SD bekerjasama dengan puskesmas. Mulai dari mengajarkan cara mencuci tangan yang bersih, memberikan pengetahuan agar tidak membuang air besar maupun kecil di laut, hingga memberikan obat cacing pada mereka.
Kami juga bekerjasama dengan dinas terkait untuk membangun fasilitas MCK yang layak dan bersih. Dinas memberikan bantuan materi dan pembangunannya diserahkan kepada masyarakat dan kami. So, kami bergotong royong membangun MCK, paling gak bawain material semen, tanah, dan batu-bata. Kalau untuk desain MCK kami tidak ikut-ikutan.
Apa yang gue dan kawan-kawan KKN gue lakukan mungkin tidak bisa mengubah secara langsung kebiasaan yang udah bertahun-tahun mereka jalani. Kami hanya berupaya membuka sedikit pandangan mereka mengenai sanitasi. Semoga dari yang sedikit bisa bermanfaat bagi kami dan merek. 


 



Senin, 14 Mei 2012

Artzuid, Amsterdam’s sculpture biennale opens

Frederic Beaufils (France) - Terroir
Suka yang berbau seni? Atau mau berfoto dengan latar belakang yang inovatif? Belandalah tempatnya. Salah satu tempat di Belanda yang bisa kawan-kawan kunjungi adalah Amsterdam. Setiap  tanggal 27 Mei - 28 Agustus dan dua tahun sekali  di Amsterdam selalu diadakan  Artzuid, Amsterdam’s sculpture biennale opens. Di acara ini teman-teman bisa melihat karya-karya dari Rodin, Dali, Miro, Dubuffet, dan seniman lainnya. Bahkan para seniman tidak hanya berasal dari Belanda, tetapi juga Amerika, Brazil, India, Indonesia, dan lain-lain.

Festival ini muncul ketika Cintha van Heeswijck mempunyai insiatif untuk menarik perhatian lebih besar terhadap daerah selatan Amsterdam, yang dikenal sebagai Plan-Zuid, yang dirancang oleh arsitek HP Berlage hampir seratus tahun yang lalu. Acara ini terbuka untuk umum dan gratis. Letaknya yang strategis di distrik Old South, kita hanya perlu jalan beberapa langkah dari Museumplein dan sudah bisa menikmati keanekaragaman bentuk karya seni.

Beberapa contoh karya seni buatan seniman Belanda yang dipamerkan di Artzuid:

Kubusconstructe

 

Karya seni ini dibuat oleh Andre Volten, seorang pemahat utama Belanda. Salah satu karyanya ini merupakan salah satu contoh pahatan yang mengkomunikasikan  desain urban dan arsitektur.



Kop

 

Karya ini dibuat oleh Mathieu Nab. Karya seni yang diberi nama kop ini mencerminkan patung klasik yang menunjukkan adanya hubungan dialog yang kuat antara seniman dan karyanya. 



Festival Artzuid telah memenangkan Europa Nostra Award dalam kategori pendidikan, pelatihan, dan peningkatan kesadaran. Award yang sangat membanggakan ini diberikan oleh Placido Domingo, presiden Europa Nostra dan Androulla Vassilio, Kommisioner Eropa untuk Budaya, Pendidikan, Pemuda dan Multibahasa pada tanggal 10 Juni 2011. Distrik Plan-Zuid dikenal secara internasional sebagai warisan budaya dan dipelajari oleh para arsitek seluruh dunia.

Festival Artzuid bisa menjadi pilihan buat kawan-kawan yang hobi berfoto narsis, menyukai karya seni, dan mencari kenalan. Jika beruntung bisa bertemu langsung dengan senimannya.Buat yang hobi dengan seni bisa mencoba untuk bergabung dalam festival ini.